Ujian Nasional SMA baru saja selesai pada
bulan April tahun ini. Gegap gempita dan wajah-wajah sumringah
menghiasi setiap sudut sekolah-sekolah menengah atas se-Indonesia.
Kegembiraan atas terselesaikannya kembali satu jenjang pendidikan.
Perjuangan tiga tahun belajar seharusnya tidak memberikan kekecewaan
atas waktu yang telah terlewati.
“Senang, ya, UN sudah selesai!Gak kerasa belajar tiga tahun. Akhirnya selesai juga masa-masa SMA.”
“Selamat, ya! Bakal jadi mahasiswa nih akhirnya.”
“Eh, kuliah nanti ambil ke mana?”
Itulah di antara celotehan yang kerap
terdengar dari anak-anak SMA setelah UN berhasil dilewati. UN di
kebanyakan sekolah memang menjadi ujian terakhir yang dihadapi oleh
mereka. Namun, mereka sebenarnya baru saja memulai langkah awal dalam
menempuh jalan hidup yang sesungguhnya, yaitu dunia kemahasiswaan.
Apa yang ada di benak kita ketika
mendengar kata mahasiswa? Apa bedanya dengan istilah yang hanya
menggunakan kata “siswa” tanpa “maha”? Lalu, jika memang berbeda, apa
karakteristik khusus yang membedakan siswa dan mahasiswa? Kalau kuliah tuh rasanya bagaimana sih?
Apa sama aja dengan sekolah biasa? Kalau pergerakan kemahasiswaan itu
maksudnya bagaimana? Apa yang harus dilakukan seorang lulusan SMA untuk
menjadi mahasiswa seutuhnya? Bagaimana menjadi seorang mahasiswa yang
sukses?
Sederet pertanyaan kerap muncul dalam benak setiap fresh graduate anak-anak
SMA. Pertanyaan-pertanyaan di atas akan diulas dalam kesempatan kali
ini. Semoga materi yang disampaikan menjadi pemahaman dasar yang berguna
untuk menghadapi dunia mahasiswa, dunia yang selalu berbeda.
Mari terlebih dahulu membahas tentang
perguruan tinggi. Sudah jamak diketahui bahwa perguruan tinggi merupakan
institusi pendidikan tertinggi yang dapat dicapai setiap insan.
Terlepas dari adanya tingkat strata yang berlaku, perguruan tinggi
merupakan salah satu tempat istimewa bagi seluruh umat manusia.
Pernyataan ini tidaklah berlebihan. Alasan utamanya adalah karena dunia
kuliah yang dijalankan secara formal di perguruan tinggi kerap
memberikan kenangan indah yang takkan terlupakan seumur hidup. Dunia
mahasiswa, dunia yang selalu berbeda.
Perguruan tinggi memiliki kewajiban dan
tugas khusus yang dibebankan kepadanya. Mengacu kepada Tri Dharma
perguruan tinggi, terdapat tiga kewajiban yang harus dilakukan setiap
perguruan tinggi dalam menjalankan setiap kegiatannya. Ketiga kewajiban
tersebut adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Bapak Koperasi Indonesia, Muhammad
Hatta, pernah menjabarkan kewajiban perguruan tinggi lebih terperinci.
Kewajiban tersebut dijabarkan melalui tugas perguruan tinggi untuk
membentuk manusia susila dan demokrat yang memiliki kesadaran tanggung
jawab atas kesejahteraan masyarakat, cakap dan mandiri dalam memelihara
dan memajukan ilmu pengetahuan, serta cakap memangku jabatan dan/atau
pekerjaan dalam masyarakat. Mengacu kepada ketiga hal tersebut,
mahasiswa menjadi subjek episentrum dalam institusi perguruan tinggi.
Dunia mahasiswa, dunia yang selalu berbeda.
Kalau mahasiswa menjadi subjek
episentrum dalam perguruan tinggi, tentu mahasiswa memiliki potensi yang
menjadikannya sebagai subjek utama. Potensi-potensi tersebut telah
tertanam dalam diri mahasiswa dan akan terus berkembang berupa hardskills, softskills, dan lifeskills. Dunia mahasiswa, dunia yang selalu berbeda.
Mahasiswa juga tentu memiliki posisi
tertentu dalam struktur sosial kemasyarakatan. Akibat beban tugas yang
dimiliki perguruan tinggi, mahasiswa memiliki posisi sebagai masyarakat
sipil yang terpelajar. Untuk itu, mahasiswa dituntut harus selalu
berusaha untuk mengembangkan diri di perguruan tinggi sehingga posisinya
di tengah masyarakat dapat terus melekat. Kelekatan mahasiswa dengan
masyarakat berhubungan dengan nilai-nilai yang dimililiki oleh bangsa
Indonesia.
Mahasiswa juga memiliki posisi untuk menjadi penjaga nilai-nilai (guardian of values)
yang dimiliki bangsa ini. Mahasiswa merupakan salah satu corong utama
opini masyarakat. Mahasiswa harus selalu menyuarakan kebenaran yang
berpihak kepada masyarakat karena ia harus memiliki kesadaran tinggi
terhadap masyarakat bahwa tanggung jawab besar besar dipikulkan di atas
pundaknya. Dunia mahasiswa, dunia yang selalu berbeda.
Setelah memahami potensi dan posisi
mahasiswa, barulah peran mahasiswa yang harus selalu diekspos
pergerakannya. Pergerakan mahasiswa haruslah berdasarkan peran yang ia
miliki, yaitu sebagai pendidik generasi penerus bangsa dan harus terjun
langsung ke masyakarat untuk mengetahui kondisi riil di tengah
masyarakat yang sedang terjadi sehingga dapat ditindaklajuti dalam
sebuah gerakan.
Secara historis, pergerakan mahasiswa
selalu dilakukan berdasarkan salah satu tujuan berikut:
(1) mengubah
seseorang yang ikut di dalam pergerakan melalui kaderisasi,
(2)
menginspirasi orang lain setelah menerima pergerakan mahasiswa,
(3)
mengubah kebijakan yang berseberangan dengan kepentingan rakyat, atau
(4) mengubah tataran nilai-nilai yang dianggap tidak mencerminkan
kebenaran.
Terlepas dari pro-kontra mengenai perlu
tidaknya demonstrasi di jalanan, sejarah pergerakan mahasiswa di
Indonesia membuktikan bahwa mahasiswa memilik peranan penting dalam
setiap pergulatan nasional yang sedang terjadi. Sejarah pergerakan
mahasiswa yang fenomenal khususnya dalam proses reformasi ketika terjadi
krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Dunia mahasiswa, dunia
yang selalu berbeda.
Sekilas terlihat begitu superior
keberadaan mahasiswa berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan.
Padahal keberadaan mahasiswa tidak hanya dilihat dari kegiatan
kemahasiswaannya. Mahasiswa juga perlu dilihat dari sisi pendidikan dan
penelitian. Ketika sudah memasuki perguruan tinggi, seseorang sudah
tidak lagi dikatakan sebagai siswa, melainkan mahasiswa. Maka, dunia
kuliah pasti akan berbeda dengan dunia sekolah.
Kurikulum pendidikan yang diajarkan di
perguruan tinggi sudah mulai spesifik dan terperinci dalam pembahasannya
dibandingkan yang diajarkan di sekolah. Sistem pendidikan yang
digunakan di perguruan tinggi pun berbeda dengan yang diberlakukan di
sekolah. Seorang mahasiswa dituntut dapat menyesuaikan diri sebaik
mungkin dengan perbedaan-perbedaan yang ada. Lebih jauh lagi, mahasiswa
juga dituntut untuk menciptakan karya dengan penelitian yang ia lakukan
untuk kepentingan masyarakat. Jadilah mahasiswa memiliki seabrek
kepentingan yang harus ia laksanakan. Baik di dunia kuliah maupun dalam
pergerakan kemahasiswaan. Dunia mahasiswa, dunia yang selalu berbeda.
Menyadari pentingnya keberadaan
mahasiswa dan perubahan tuntutan zaman, ada beberapa indikator yang
harus dicapai untuk menjadi mahasiswa seutuhnya yang sukses. Setidaknya
enam indikator disampaikan Sohibul Iman, seorang alumni pergerakan
mahasiswa 1998. Keenam indikator tersebut adalah (1) academic excellence, (2) leadership and management skills, (3) networking property, (4) religious property ,(5) social political engagement, dan (6) enterpreneurship experience. Jika
seorang mahasiswa berhasil mendapatkan dan memilki sepenuhnya keenam
indikator tersebut, maka ia seutuhnya telah menjadi mahasiswa yang
sukses di zaman ini yang notabene merupakan zaman informasi. Dunia
mahasiswa, dunia yang selalu berbeda.
Ada tiga hal terakhir yang harus
dipahami sebagai bekal dasar untuk mengarungi dunia mahasiswa. Tiga hal
ini harus benar-benar terpatri dalam setiap jati diri mahasiswa agar
keberadaannya memberikan kemanfaatan dalam hidup ini. Pertama, mahasiswa
harus mengenal dirinya sendiri dengan baik. Potensi-potensi apa saya
yang ia miliki. Kedua, mahasiswa harus hidup di dalam problematika yang
dialami oleh masyarakat. Mahasiswa harus memiliki rasa kepekaan dan
kepedulian terhadap permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Ketiga,
mahasiswa harus memiliki visi hidup yang jelas.
Sejatinya orang kerdil adalah mereka
yang hidup dan matinya hanya untuk dirinya sendiri. Orang besar adalah
mereka yang hidup dan matinya untuk orang lain. Sekarang semua mahasiswa
hanya tinggal memilih, kelak mau menjadi seperti apakah mereka? Orang
kerdil? Orang besar?
sumber : majalah1000guru
Komentar
Posting Komentar